Senin, 28 April 2014

Sistem Periodik Unsur (SPU)


I.PENDAHULUAN

                                                                                

1.1  Latar Belakang

Susunan berkala atau yang saat ini lebih dikenal dengan tabel sistem periodik unsur (SPU) merupakan suatu alat yang penting yang dapat mempermudah untuk mengenal sifat-sifat kimia ataupun sifat-sifat fisika suatu unsur. Sebagaimana yang telah diketahui, sifat-sifat unsur sangat beragam. Pada temperatur kamar, sebagian bersifat gas, sebagian bersifat cair, dan lainnya bersifat padat. Sebagian lagi bersifat logam, sebagian bukan logam dan adapula yang bersifat diantara keduanya, serta masih banyak lagi sifat yang lainnya.

Dalam buku Kimia Universitas (James E. Brady, 1998 : 124) disebutkan jika unsur disusun dalam susunan berkala menurut nomor atom, semua hal yang masih diragukan dijumpai dalam tabel Mendeleev menjadi hilang. Jumlah proton dalam inti atom menentukan dimana unsur tersebut ditempatkan dalam tabel dan setiap unsur dengan sifat yang sama dijumpai dalam kelompok yang sama, dan nomor atom tersebut pasti menentukan macam-macam sifat kimia dan fisika. 

Tabel periodik mungkin merupakan bantuan yang sangat berharga, sehingga ahli kimia mempunyai cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu, dibuatlah makalah yang berjudul “SPU” agar tabel ini dapat digunakan untuk menghubungkan semua informasi yang berguna dan dapat membantu kita mengamati variasi yang penting mengenai sifat-sifat yang ada di antara unsur-unsur. Khususnya, sesuai dengan acuan buku “Kimia Anorganik” karangan Cotton dan Wilkinson, tabel berkala dibahas dari aspek kimia bukan dari aspek teorinya.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1   Bagaimana sejarah sistem periodik unsur?
1.2.2   Bagaimana pengaruh sifat fisik bagi sistem periodik unsur?
1.2.3   Apa saja jenis-jenis molekul unsur?

1.3  Tujuan
1.3.1   mengetahui sejarah sistem periodik unsur
1.3.2   mengetahui pengaruh sifat fisik sistem periodik unsur
1.3.3   mengetahui jenis-jenis molekul unsur






II. PEMBAHASAN



2.1 Sejarah Perkembangan Sistem Periodik  Unsur

Berikut sejarah perkembangan sistem periodik unsur
a.     sistem periodik unsur menurut Antoine Lavoisier
Antoine Lavoiser mengelompokan 33 unsur kimia pada 1789. Unsur-unsur kimia dibagi menjadi empat kelompok yaitu.
1.    Unsur-unsur gas yaitu cahaya, kalor, oksigen, azote ( nitrogen ), dan hidrogen.
2.    Unsur-unsur tanah adalah kapur, magnesium oksida, barium oksida, aluminium oksida, dan silikon oksida.
3.    Unsur-unsur  nonlogam adalah sulfur, fosfor, karbon, asam klorida, asam flourida, dan asam borak.
4.    Unsur-unsur logam adalah antimon,perak, arsenik, bismuth, kobalt, tembaga, timah, nesi, mangan, raksa, molibdenum, nikel, emas, platina, tobel, tungsten, dan seng.
Dalam penyusunan sistem periodik unsur oleh Antoine Lavoisier terdapat kelebihan yaitu ia sudah mengelompokan 33 unsur yang ada berdasarka sifat kimia sehingga dapat menjadi referensi bagi ilmuan-ilmuan berikutnya. Adapun kelemahan dari sistem periodik unsur oleh Lavoisier yaitu pengelompokan unsur-unsur yang masih terlalu umum.
b. Sistem Periodik Unsur Menurut J.W Dobereiner
J.W. Dobereiner merupakan seorang profesor kimia pada tahun 1829  dari Jerman yang  mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat-sifatnya. Dobereiner  mengemukakan bahwa massa atom relatif strontium sangat dekat dengan masa rata-rata dari dua unsur lain yang mirip dengan strontium. Dua unsur lain itu adalah  kalsium dan barium. Dobereiner juga mengemukakan beberapa kelompok unsur lain. Dobereiner mengambil kesimpulan bahwa unsur-unsur dapat dikelompokan k dalam kelompok-kelompok tiga unsur yang disebut dengan triade.
Unsur
Massa Atom
Kepadatan
Unsur
Massa Atom
Kepadatan
Klorin
Brom
Iodin
35,5
79,9
126,9
0,00156 g/cm3
0,00312 g/cm3
0,00495 g/cm3
Kalsium
Stronsium
Barium
40,1
87,6
137
1,55 g/cm3
2,6 g/cm3
3,5 g/cm3
Penyusunan sistem periodik unsur oleh Dobereiner memiliki kelebihan yaitu adanya keteraturan setiap unsur yang sifatnya mirip massa Atom (Ar) unsure yang kedua (tengah) merupakan massa atom rata-rata di massa atom unsure pertama dan ketiga. Selain memiliki kelebihan sistem periodik unsur ini juga memiliki kekurangan yaitu pengelompokan unsur yang  kurang efisien dengan adanya beberapa unsur lain dan tidak termasuk dalam kelompok triad padahal sifatnya sama dengan unsur dalam kelompok triad tersebut. Berikut tabel oleh Dobereiner.

c. Sistem Periodik Unsur Menurut J. Newlands
Seorang ilmuwan dari Inggris yaitu J. Newlands merupakan orang pertama yang mengelompokan unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa atom relatif. Menurut Newlands, jika unsur-unsur diurutkan letaknya sesuai dengan kenaikan massa atom relatifnya, maka sifat unsur akan terulang pada tiap unsur kedelapan. Keteraturan ini sesuai dengan pengulangan not lagu (oktaf) sehingga disebut Hukum Oktaf (law of octaves)Ia menyatakan bahwa sifat-sifat unsur berubah secara teratur. Unsur pertama mirip dengan unsur kedelapan, unsur kedua mirip dengan unsur kesembilan, dan seterusnya. Hukum oktaf newlands berlaku untuk unsur-unsur ringan. Adapun Kelemahan dari teori ini yaitu dalam kenyataanya masih ditemukan beberapa oktaf yang isinya lebih dari delapan unsur dan penggolonganya ini tidak cocok untuk unsur yang massa atomnya sangat besar.
Tabel Daftar Oktaf Newlands (List of Newlands Octave)
1. H
2. Li
3. Be
4. B
5. C
6. N
7. O
8. F
9. Na
10. Mg
11. Al
12. Si
13. P
14. S
15. Cl
16. K
17. Ca
18. Ti
19. Cr
20. Mn
21. Fe
22. Co,Ni
23. Cu
24. Zn
25. Y
26. In
27. As
28. Se
29. Br
30. Rb
31. Sr
32. Ce, La
33. Zr
34. Di, Mo
35. Ro,Ru
36. Pd
37. Ag
38. Cd
39. U
40. Sn
41. Sb
42. Te
43. I
44. Cs
45. Ba, V
46. Ta
47. W
48. Nb
49. Au
50. Pt, Ir
51. Os
52. Hg
53. Tl
54. Pb
55. Bi
56. Th
d. Sistem Periodik Unsur Menurut Dmitri Ivanovich Mendeleev
Perkembangan  sistem periodik unsur oleh Mendeleyev  disusun berdasarkan tabel yang ditata dalam baris horizontal dengan panjang baris yang dipilih sedemikian sehingga unsur-unsur yang serupa akan membentuk kolom vertikal.  Unsur yang ditata  menyusun ke arah kanan( yang disebut dengan periode)  berdasarkan kenaikan massa atom relatif sedangkan unsur yang ditata menyusun ke bawah (yang disebut dengan golongan) berdasarkan kemiripan sifat.  Tabel system periodik unsur yang disusun oleh Mendeleyev memiliki kelebihan yaitu mampu menuliskan rumus klorida, hidrida, oksida, dan menghubungkan rumus tersebut dengan nomor golongan (contohnya : NaCl, Na2O) dan bisa meramalkan sifat-sifat unsur yang belum ditemukan. Tabel berdasarkan Mendeleyev  juga memiliki kelemahan yaitu beberapa urutan unsur terbalik apabila ditinjau dari urutan bertambahnya massa atom relatifnya (contohnya : Ar [39,9] ditempatkan sebelum K [39,1]) dan isotop dari unsur yang sama harus ditempatkan pada golongan yang berbeda begitu juga isobar (seperti 40Ar, 40K, 40Ca) yang harus ditempatkan dalam satu golongan.
 Tabel Periodik Mendeleev (Mendeleev’s Periodic Table)
Periode
Gol.I
Gol.II
Gol.III
Gol.IV
Gol.V
Gol.VI
Gol.VII
Gol.VIII
1
H = 1
2
Li = 7
Be = 9,4
B = 11
C = 12
N = 14
O = 16
F = 19
3
Na= 23
Mg = 24
Al =27,3
Si = 28
P = 31
S = 32
C = 35,5
4
K = 39
Ca = 40
? (44)
Ti = 48
V = 51
Cr = 52
Mn = 55
Fe= 56, Co = 59
Ni = 59, Cu = 63
5
Cu = 63
Zn = 65
? (68)
? (72)
As = 75
Se = 78
Br = 80
6
Rb = 86
Sr = 87
?Yt = 88
Zr = 90
Nb = 94
Mo 96
? (100)
Ru = 104, Rh 104
Pd = 106, Ag 108
7
Ag = 108
Cd = 112
In = 115
Sn =118
Sb = 122
Te = 125
I = 127
?
8
Cs = 133
Ba = 137
?Di =138
?Ce = 140
-
-
-
9
-
-
-
-
-
-
-
10
-
-
?Er 178
?La = 180
Ta = 182
W = 184
-
Os = 195, Ir = 197
11
Au = 199
Hg = 200
Tl =204
Pb = 207
Bi = 208
-
-
Pt = 198, Au = 199
12
-
-
-
Th = 231
?
U = 240
=

e. Sistem Periodik Modern
Perkembangan SPU Mendeleyev  selanjutnya dikembangkan oleh Henry Moseley yang sekarang dikenal sebagai sistem periodik unsur  modern. Henry Moseley melakukan percobaan dengan menggunakan berbagai logam sebagai anoda pada tabung sinar X. Pada percobaan tersebut ada perubahan yang teratur dari energi sinar X sesuai dengan perubahan nomor atom bukan massa atom relatifnya. Daftar system periodik modern disusun berdasarkan konfigurasi elektron. Pada 1913, seorang kimiawan Inggris bernama Henry Moseley melakukan eksperimen pengukuran panjang gelombang unsur menggunakan sinar-X. Ia menyimpulkan bahwa sifat dasar atom bukan didasarkan oleh massa atom relatif, melainkan berdasarkan kenaikan jumlah proton. Hal tersebut karena adanya unsur-unsur yang memiliki massa atom berbeda, tetapi memiliki jumlah proton sama atau disebut isotop. Kenaikan jumlah proton ini mencerminkan kenaikan nomor atom unsur tersebut. Pengelompokan unsur-unsur sisitem periodik modern merupakan penyempurnaan hukum periodik Mendeleev  yang disebut juga sistem periodik bentuk panjang.
Sistem periodik modern disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat. Lajur-lajur horizontal yang disebut periode disusun berdasarkan kenaikan nomor atom, sedangkan lajur-lajur vertikal yang disebut golongan disusun berdasarkan kemiripan sifat. Sistem periodik modern terdiri dari tujuh  periode dan delapan golongan. Setiap golongan dibagi lagi menjadi delapan golongan yaitu golongan  A( IA-VIIIA ) dan delapan golongan B (IB – VIIIB). Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan golongan B disebut golongan transisi. Golongan-golongan dapat ditandai dengan bilangan 1 sampai dengan 18 secara berurutan dari kiri ke kanan. Dengan cara ini maka unsur transisi terletak pada golongan 3 sampai golongan 12. Pada periode 6 dan 7 terdapat masing-masing 14 unsur yang disebut unsur-unsur transisi dalam, yaitu unsur-unsur antanida dan aktinida. Unsur-unsur transisi dalam semuanya termasuk golongan IIIB. Unsur-unsur lantanida pada periode 6 golongan IIIB  dan unsur-unsur aktinida pada periode 7 golongan IIIB. Penempatan unsur-unsur tersebut dibagian bawah tabel periodik adalah untuk alasan teknis sehingga daftar tidak terlalu panjang.
    



2.2 Sifat dan Jenis Unsur
Sifat-sifat kimia suatu unsur itu harus bergantung terhadap struktur elektron dari atom.  Adapun sifat-sifat fisik dari SPU adalah sebagai berikut.
a.     Afinitas elektron.
Afinitas electron adalah besarnya energi yang dibebaskan oleh suatu atom untuk menerima sebuah electron. Suatu atom di samping melepas electron, juga dapat menerima electron ,dan bermuatan negatif. Proses pengambilan elektron oleh atom yang disertai pembebasan energy . Jadi besaran afinitas electron merupakan besaran yang dapat digunakan untuk mudah tidaknya atom untuk menarik electron. Semakin besar afinitas electron yang dimiliki oleh atom  menunjukan bahwa, atom itu mudah menarik electron dari luar dan membentuk ion negatif (anion). Dalam satu periode dari kanan ke kiri jari-jari atom semakin kecil,maka tarikan inti terhadap electron di kulit terluar semakin besar serta electron bertambah mudah masuk ke dalam atom sehingga afinitas elektronnya akan semakin besar . kemudian dalam satu golongan dari atas ke bawah jari-jari atom semakin besar, atom semakin sukar untuk mengambil electron, sehingga afinitas elektronnya akan semakin kecil. Struktur dari atom ini menentukan bagaimana unsur tersebut dapat mengikat unsur yang lain dan bagaimana unsur tersebut dapat mengikat antar sesama unsur.
b.      Elektronegativitas
Ada dua hal yang telah dibahas sebelumnya dalam mengungkapkan kecenderungan logam dan bukan logam yaitu energi ionisasi dan afinitas elektron. Kedua hal ini cukup, tetapi akan lebih mudah jika hanya ada satu kriteria terutama dalam memberikan jenis ikatan yang terjadi jika atom – atomnya bergabung hal sederhana itu adalah elektronegativitas. Elektronegativitas yang memeberikan kemampuan suatu atom dalam bersaing mendapatkan elektron, dengan atom lain yang berikatan energi ionisasi (I) dan afinitas elektron (AE) kedua hal ini berkaitan dengan elektronegativitas karena keduanya menggambarkan kamapuan atom dalam melepaskan atom memperoleh sebuah elektron. Linus pauling mengemukakan bahwa skala elekronegativitas yang digunakan secara luas yang didasarkan pada penilaian energi ikatan. Elektronegativitas yang dijelaskan tidak mempunyai satuan, yang berkisar dari satu untuk logam sangat aktif, sampai 3,98 umtuk flour.berarti fluor bukanlah logam yang paling aktif. Sebagai patokan kasar nya, logam mempunyai elektronitas yang kurang dari 2 ; metaloid kira – kira sama dengan 2 ; dan bukan logam lebih besar dari 2.
c.       Energi ionisasi
Titik-titik maksimum energi ionisasi terjadi pada gas-gas mulia. Konfigurasi elektron gas mulia sangat mantap sehingga hanya dapat diganggu dengan menggunakan energi yang sangat besar.
Jika kita mengukur derajat unsur logam berdasarkan mudahnya melepas elektron dari atom, maka semakin rendah energi ionisasi , unsur akan semakin bersifat logam. Berdasarkan ukuran ini, atom-atom dibagian bawah golongan (atom yang lebih besar) pada tabel berkala lebih bersifat logam dibandingkan atom-atom di bagian atas (atom yang lebih kecil).
Terdapat kecenderungan peningkatan energi ionisasi dari golongan IA ke golongan 0. Muatan inti efektif meningkat dan atom semakin kecil dan kurang bersifat logam pada unsur-unsur disebelah kanan tabel berkala. Misalnya pada magnesium, sekalipun sulit melepas elektron dibandingkan yang pertama, jika dua elektron dilepaskan dari atom Mg maka ia akan mempunyai konfigurasi gas mulia Ne. Lepasnya elektron ketiga menyebabkan terlanggarnya kaidah elektron oktet yang menjadi ciri kulit terluar atom gas mulia (ns2np6). Hal semacam ini tidak lazim terjadi dalam proses kimiawi. Alasan yang sama juga menyebabkan Na sulit menjadi ion dengan muatan lebih besar dari +1, de3mikian juga terhadap Al dengan muatan yang lebih besar dari +3.
Ada beberapa pengecualian pada keteraturan peningkatan energi ionisasi dari arah kiri ke kanan tabel berkala. Misalnya, walaupun atom Al kenyataannya lebih kecil dari Mg, energi ionisasi pertama Al lebih kecil (577,6 Kj/mol) dibandingka pada Mg (737,7 Kj/mol). Hal ini disebabkan karena elektron yang mengion pada Al berada pada orbital dengan energi yang lebih tinggi (3p) dibanding elektron (3s) yang mengion pada Mg.
d.      Logam 
Unsur-unsur sebagian besar adalah logam.logam mempunyai sifat fisika ,yang sifatnya tersebut adapun demikian; yang utama adalah daya pantul yang tinggi, daya hantar elektrik besar, yang kemudian berkurang beriring dengan kenaikan suhu, daya hantar termal besar, dan sifat-sifat mekanik seperti kekuatan dan keliatan. Kemudian adapula struktur dasar dari logam: susunan terkemas kubus dan heksagonal, dari kubus bepusat gambar( struktur bcc). Pada pengepakan bcc atom-atom hanya memiliki 8 dari 12 tetangga terdekat, walaupun adapulah sekitar sejauh 15  6 tetangga lainnya. Susunan pada kerapatan ini hanyalah 92  serapat susunan hcp dan ccp. Pada logam sebagian besar strukturnya sedikit menyimpang dari struktur idealnya, terutama logam dengan struktur hcp.harga ideal menurut struktur hcp bagi c/a – c dan a merupakan sisi-sisi sel satuan heksagonal – yaitu 1,633. Sekalian logam yang mempunyai struktur demikian memiliki perbandingan c/a yang lebih kecil ( biasanya antara 1,57-1,62) kecuali seng dan admium.

Besarnya bilangan koordinasi seta sifat-sifat khas dari logam 9 (baik 12 atau 8 tetangga terdekat ditambah dengan 6 lagi yang tidak terjamah) menganjurkan agar ikatan dalam logam berbeda dengan ikatan dalam zat lain. Pada ikatan ini tidak terdapt kontribusi dari ikatan ionik, begitu pula tidak mungkin terdapat ikatan kovalen 2-elektron di antara pasangan elektron yang berdekatan, dikarenakan baik elektron maupun orbitalnya tidak cukup. Teori pita yang sangat bersifat matematis namun dasar-dasarnya dapt digambarkan digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai sifat-sifat khas yang dimiliki logam. Apabila pada posisi tatanan atom yang berjauhan akan mengakibatkan pula orbital atomnya tidak saling mempengaruhi. Sekarang dimisalkan tatanan atom tersebut mengkerut. Mak orb ital-orbital pada atom-atom tetangga mulai tumpang-tindih dan saling mempengaruhi. Akan begitu banyak atom terlihat yang mengakibatkan pada jarak sebenarnya pada logam, interaksi tersebut membentuk pita energi yang terus-menerus, yang tersebar diseluruh logam.elektron-elektron yang terdapat pada pita tersebut terdelokalisasi sempurna.

Energi kohesi pada logam, kuat ikatan di antara atom-atom dalam logam dapat diukur oleh entalpi atomisasi. Energi kohesi maksimum pada unsur unsur yang memiliki kulit d yang terisi sebagian, yaitu pada unsur transisi. Namun, pada unsur yang terletak mulai mendekati pertengahan deret transisi kedua dan ketiga  yaitu Nb- Ru dan Hf – Ir memiliki energi yang paling besar, sampai seharga 837 kJ mol-1 bagi W. Struktur logam yang di mana terdapt bilangan koordinasi yang besar ini yang mengakibatkan adanya energi kohesi yang besar. Bagi struktur hcp dan ccp terdapat 6 ikatan per atom logam (karena masing-masing dari 12 tetangga terdekat menggunakan bersama separuh dari setiap ikatan yang berjumlah 12). Ikatan-ikatan, bahkan bilaenergi kohesi adalah 800 kJ mol-1 , mempunyai energi ikatan hanya sebesar 133 kj mol-1 ,secara garis besar seperti energi ikatan C-C pada intan.


2.3 Jenis-Jenis Molekul
Molekul adalah partikel netral yang terdiri atas dua atau lebih atom, baik atom sejenis maupun atom yang berbeda. Ada 2 jenis molekul, yaitu molekul monoatomik dan molekul poliatomik. Molekul monoatomik adalah molekul yang terdiri atas satu atom, misalnya molekul gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn).Sedangkan molekul poliatomik adalah molekul yang terdiri atas lebih dari 1 atom. Molekul poliatomik yang terdiri atas atom sejenis disebut molekul unsur, sedangkan yang terdiri atas atom-atom yang berbeda disebut molekul senyawa. Molekul-molekul unsur dapat berupa diatomik seperti O2, N2, dan Cl2, atau tetraatomik seperti P4, dapat juga berupa oktaatomik seperti S8. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kita sadari kita sering menggunakan molekul unsur dan molekul senyawa tertentu.
a.       Unsur-unsur Monoatom
Unsur-unsur monoatom yaitu He (helium), Ne (neon), Ar (argon), Kr (kripton), Xe (xenon), dan Rn (radon). Unsur-unsur ini merupakan unsur dari golongan gas mulia karena struktur kulitnya tertutup. Selain gas mulia, air raksa dalam bentuk uap air juga merupakan unsure monoatom. Air raksa dalam bentuk cair memiliki tekanan uap, kelarutan dalam air, dan pelarut air yang relative tinggi, dan juga memiliki hantaran elektrik yang besar serta kilap logam yang cerah. Hal ini dikarenan ada orbital 6p yang mampu ikut serta dalam pengikatan logam.
b.      Molekul- molekul Dwiatom
Molekul-molekul dwiatom adalah H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, I2. Suatu halogen dan hidrogen  dalam molekul dwiatom melengkapi octet untuk pembentukan suatu ikatan pasangan elektron tunggal. Nitrogen (1s2 2s2 2p3) dan oksigen (2s2 2p4) dapat menghasilkan molekul dwiatom yang sederhana dari ikatan rangkapnya. Nitrogen membentuk senyawa dengan atom yang lain menggunakan tiga elektron pemakaian secara bersama untuk mencapai kulit valensi octet, 1s2 2s2 2p6
c.       Molekul-molekul Poliatom Diskret
Molekul-molekul poliatom diskret untuk unsur-unsur deret kedua dan yang lebih berat karena ikatan jenis p  –p  seperti pada N2 dan O2 kurang efektif yang mengakibatkan cenderung membentuk struktur molekul diskret (struktur rantai) yang lebih stabil daripada molekul dwiatom. Pada fospor dan sulfur membentuk ikatan pasangan tunggal tidak membentuk struktur dwiaton yang lebih stabil melainkan cendrung membentuk struktur rantai (diskret).
d.      Molekul-molekul Raksasa
Molekul raksasa menghasilkan struktur rantai maupun struktur tiga dimensi yang dibentuk dari atom-atom ikatan kovalen tunggal 2,3,atau 4 sesamanya. Atom-atom yang paling penting dalam molekul raksasa adalah
B    C     Pa    Sa
      Si     As   Sea
     Ge    Sb    Te
     Snb   Bi

Atom-atom diatas beberapa diantaranya memiliki alotrop tipe logam atau molekular. Bor membentuk struktur logam mempunyai beberapa alotrop tetapi tidak semua alotrop di dasarkan atas ikosahedra B12.  Bor  —rombohedra disusun sedemikian rupa dengan bulatan-bulatan ccp (ikatan diantara ikosahedra lebih lemah daripada ikatan-ikatan didalamnya) karena mempunyai satuan B12. Lapisan ikosahedra B12 yang menyambung melalui atom B tunggal dimiliki oleh bentuk tetragonal sedangkan satuan B12 yang tersusun secara rumit bersambung melalui ikatan B-B dimiliki oleh B- - rhombohedral struktur intan memiliki sel satuan kubus melainkan untuk kepentingan tertentu dipandang sebagai lapisan yang menumpuk takterhingga yang mengkerut dan golongan IV,C ,Si,Ge,dan Sn. Pada atom yang setara masing-masing dikelilingi dengan sempurna oleh tetrahedron dari empat atom lainnya. Masing-masing atom membentuk ikatan 2-elektron terlokalisasi dengan masing-masing atom tetangganya.

Pada unsur silikon dan germanium biasanya memiliki struktur yang sama, melainkan timah memiliki kesetimbangan.
                  18o
-Sn                    -Sn
Abu-abu            putih
Intan                cp terdistorsi
d20 = 5,75         d20=7,31
pada timah putih bila dibandingkan dengan struktur pada intan yang memiliki struktur yang mendekati susunan terkemas yang ideal tersebut, menerangkan naiknya rapatan (d20 menyatakan pada 20oC dalam g cm-3.

Pada unsur karbon juga terdapat sebagai grafit, yang memiliki struktur lapisan seperti pada gambar 8-3. Lapiusan tersebut memiliki jarak yang kira-kira sebesar 3,35 amstrong, yang sama besar jumlahnya dengan jari-jari van der waals bagi C, dan menunjukkan bahwa gaya antara lapisan tentunya lemah. Lapisan-lapisan pada grafit tersebut dapat saling menggelinci,ini disebabkan dari sifat halus dan sifat lincin yang terlihat dari grafit tersebutsetiap atom C hanya dikelilingi oleh tiga atom tetangganya.atom C masih memiliki satu atom tentangganya setelah membentuk ikatan  dengan setiap tetangganya, dan elektron-elektron ini kemudian berpasangan kedalam sistem ikatan  (8-III). Resonansi cendrung menghasilkan kesetaraan sehingga jarak ikatan C-C semua menjadi 1,415 amstrong.

pada benzena dengan order ikatan sebesar 1,5 jarak C-C nya lebih pendek dibanding dengan jarak pada grafit, dan sesuai dengan order ikatan C-C pada grafit sebesar 1,33. Karena ikatan ganda jenis p  -p  jelas terlibat, unsur-unsur golongan IV lainnya tidak dapat membentuk jenis struktur tersebut. Sistem  yang terdapat pada lapisan memungkinkan adanya hantarn listrik,dan pada elektroda grafit digunakan sebagai materinya. Hantaran listrik yang dimiliki Si dan Sn itu berarti ,walaupun walaupun kedua unsur tersebut memiliki struktur intan ( tahanan 10 dan 11 cm pada 0o), sedangkan pada Ge adalah semikonduktor dan memiliki tahanan sebesar 5 x 107  cm pada 22 C.

Unsur fosfor merupakan unsur golongan V ,pada unsur ini memiliki banyak polimer, serta struktur fosfor merah belum bisa ditentukan. Fosfor hitam yang diperoleh dengan memanaskan fosfor putih di bawah tekanan. Atom-atom terikat kepada tiga atom tetangganya melalui ikatan tunggal, sebesar 2,17 sampai 2,20 Å. Lapisan ganda yang terbentuk tertumpuk dalam lapisan-lapisan yang jaraj antara lapisannya sebesar 3,87 Å. Pada grafit struktur lapisan tersebut cendrung menghasilkan kristal yang berkeping-keping. Sifat grafit yang kurang reaktif juga dapat diterangkan, misalnya terhadap air,dibandingkan terhadap P4.

Arsenat,Sb,Bi semuanya membentuk kristal yang struktunya mirip dengan fosfor hitam.namun pada ketiga unsur di atas tampak mengkilat dan menyerupai logam, dan mempunyai tahanan masing-masing 30,40,dan 105  cm, yang bisa dibandingkan dengan logam-logam seperti Ti atau Mn (berturut-turut 42 dan 185  cm).

Adapun bentuk rantai sulfur, komponen utama yang dimakan oleh sulfur plastik adalah sulfur atena, yang didapatkan bila sulfur lelehan dituangkan ke dalam air. Sulfur atena ini dapat ditarik menjadi benang yang panjang , yang mengandung dua cincin heliks dari setiap atom sulfur. Cincin ini secara perlahan-lahan akan berubah menjadi S8 orthorobik.

Pada unsur selenium dalam bentuk yang stabil, kristal yang mirip logam dan berwarna abu-abu serta diperoleh dari lelehan, yang mengandung rantai spiral yang takterhinga. Dari sifat yang mirip dengan logam antara atom-atom yang bersebelahan dari rantai-rantai yang berbeda telah terbukti adanya interaksi yang lemah, tetapi di dalam gelap, hantaran listrik dari unsur selenium dan logam sejati tidak dapat dibandingkan(tahanan x 1011  cm). Akan tetapi, dapat dicatat sebagai fotokonduktif dan dengan demikian dipakai dalam peralatan fotoelektrik.

Unsur telerium adalah isomorf dengan Se yang abu-abu, meskipun warnanya putih keperakan dan bersifat semi-logam (tahanan 2 x 105  cm). Tahanan S,Se, dan Te mempunyai koefisien suhu yang negatif , biasanya dianggap kekhasan sifat nonlogam.



DAFTAR PUSTAKA



Petrucci, Ralph H.1987.Kimia Dasar.Jakarta:Erlangga.
Cotton,F.A dan G Wilkinson.1976.Kimia Anorganik Dasar.Jakarta:Universitas Indonesia.